Jakarta – Korea Selatan (Korsel) berencana memborong 10 ribu Graphic Processing Unit (GPU) kelas atas pada 2025 untuk tetap bisa bersaing di ranah artificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) secara global.
“Setelah persaingan untuk mendominasi industri AI meningkat, lanskap kompetitif berubah dari persaingan antara perusahaan menjadi rivalitas berskala penuh antara ekosistem inovasi negara,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Presiden Korsel Choi Sang-mok.
Choi Sang-mok menyebut pemerintahannya berencana mengamankan 10 ribu GPU melalui kerja sama privat-publik untuk membantu Korea meluncurkan layanan lewat data center AI nasional lebih cepat.
Langkah ini berkaitan aturan baru yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mengatur aliran chip AI dan teknologi Amerika Serikat (AS) yang dibutuhkan untuk keperluan AI tercanggih.
Regulasi itu membagi negara-negara menjadi beberapa Tingkat dan Korsel adalah satu dari 18 negara yang dikecualikan dari pembatasan tersebut.
Sementara itu sebanyak 120 negara lain yang menghadapi pembatasan, dan negara yang dilarang sepenuhnya, seperti China, Iran, dan Rusia.
Jumlah GPU yang dibutuhkan untuk menjalankan model AI bergantung pada seberapa canggih dan kencang GPU tersebut. Kemudian, seberapa banyak data yang dipakai untuk melatih model AI tersebut, seberapa besar model AI itu, dan juga berapa lama waktu pelatihan model AI-nya.
Pemerintah Korea belum menentukan GPU apa yang akan diborong, karena informasi lebih detail seperti anggaran, model GPU, serta perusahaan yang ikut berpartisipasi baru akan difinalisasi pada September mendatang.
Nvidia adalah perusahaan yang mendominasi pembuatan chip GPU di dunia, dengan pangsa pasar mencapai 80%, jauh lebih tinggi dibanding Intel dan AMD.
Perusahaan seperti OpenAI masih bergantung pada Nvidia, namun mereka tengah mengembangkan chip AI-nya sendiri untuk mengurangi ketergantungan itu. (adm)
Sumber: detik.com
